Kamis, 02 Agustus 2012

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGERJAKAN TES TOEFL (TEST OF ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE) MELALUI IMPLEMENTASI TEKNIK MIND MAP ( ExperimentaResearch pada Mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro)

This research is aimed at identifying what difficulties the students have in doing the TOEFL (Test of English as a Foreign Language) test; a standardized test to measure a person’s global English competence. To solve the problems, Mind Map technique, a process of mapping the mind to correlate the certain problems from the neuron cells forming the concept correlation into an understanding and the results is directly expressed in a piece of paper, with an animation that is easily understood by the maker, was implemented. Therefore, this research is also aimed at finding out whether the implementation of Mind Map technique can increase the students’ competence in doing the TOEFL test. This technique was applied on the basis of the single-group-design experiment, where the research was conducted in one group only. Drawn as one group pre-test + post-test: O1 X O2, this design tries to use the subjects as controls for themselves and omits the control group. This design is also called ‘repeated measures’ design because the subjects are measured two times at its dependent variable. The treatment was conducted 8 times, one pre-test and one post-test. The data was analyzed by using t-test to know the difference between the early and final ability. Based on the data analysis, it can be concluded that Mind Map technique can increase the subjects’ ability to do the TOEFL test so that their scores can also increase. The results of the analysis shows that the index of tobserved is -11,621 or tabsolute 11,621, higher than the index of ttable at df 30 and significance level of 5%, that is 2,042. Meanwhile, the difficulties the students have include the difficulties in matching the limited test time duration, identifying the pronunciation at listening section, mastering the grammar and vocabulary, as well as understanding the reading text content. The subjects also have positive perception toward the implementation of this technique to increase their ability in doing the test. They consider that Mind Map technique can help them do the test guided, systematically, and enjoyable. A. PENDAHULUAN Pada era global yang sedang dihadapi saat ini, kita diibaratkan sedang menjelajah dunia. Karena itu, kita perlu kembali melihat pentingnya keseluruhan pengetahuan tentang pembelajaran dan pengajaran bahasa asing. Dari sekian banyak bahasa yang ada di dunia ini, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang paling banyak dipelajari di berbagai belahan dunia. Salah satu yang seringkali menjadi keluhan adalah kesulitan dalam mengerjakan tes TOEFL yang merupakan tes kecakapan bahasa Inggris global dan menjadi standar untuk melihat kemampuan seseorang dalam bahasa Inggris secara menyeluruh. Secara umum, tes TOEFL lebih berorientasi kepada American English, dan sedikit berbeda dengan jenis tes IELTS yang berorientasi kepada British English. Tidak seperti tes IELTS, tes TOEFL ini pada umumnya tidak mempunyai bagian individual interview test. Biasanya tes ini memakan waktu sekitar tiga jam dan diselenggarakan dalam 4 bagian, yaitu bagian listening comprehension (50 butir soal), grammar structure and written expression (40 butir soal), reading comprehension (50 butir soal), dan writing. Untuk dapat mengerjakan tes tersebut dengan baik dan mendapatkan skor tinggi, sesuai dengan alokasi waktunya, diperlukan teknik-teknik yang tepat. Salah satu alternatif yang dapat diaplikasikan adalah teknik Mind Map. Teknik ini memungkinkan adanya sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa yang sebenarnya ada di dalam otak manusia yang menakjubkan. Dengan menggunakan teknik ini peserta dapat mengcover keseluruhan masalah pada butir-butir pada tes TOEFL yang sangat bervariasi dan memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi. Teknik ini dipilih karena dianggap dapat membantu untuk merencana, berkomunikasi, menjadi lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien, dan melihat ‘gambar keseluruhan’. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Jurusan Tarbiyah STAIN Jurai Siwo Metro semester V kelas E, sejumlah 31 mahasiswa. Dibandingkan dengan kelas-kelas yang lain pada angkatan yang sama (angkatan 2008), kelas ini merupakan kelas yang lebih pasif dan kemampuan rata-rata mahasiswanya relatif kurang atau lebih rendah. Dengan demikian, jika data hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hal tersebut merupakan hasil dari implementasi teknik yang dimaksud dalam penelitian ini. Mencapai skor TOEFL yang tinggi seringkali menjadi masalah bagi sebagian besar orang, terutama mereka yang diwajibkan untuk mengikuti tes tersebut. Bagi mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro yang diwajibkan untuk memiliki skor TOEFL tertentu sebagai syarat mengikuti ujian skripsi, teknik yang tepat untuk setidaknya dapat mengerjakan tes TOEFL tersebut dengan baik tentu sangat diperlukan. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Apakah implementasi teknik Mind Map dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengerjakan tes TOEFL sehingga skornya juga dapat meningkat? Kesulitan-kesulitan apa sajakah yang dihadapi oleh mahasiswa dalam upayanya mengerjakan tes TOEFL?” Sejalan dengan permasalahan yang akan dikaji, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apasajakah kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam mengerjakan tes TOEFL dan apakah implementasi teknik Mind Map dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengerjakan tes TOEFL. Penelitian ini merupakan ‘single-group design experimental research’, yaitu penelitian menggunakan desain eksperimen semu. Hanya satu kelas dengan 31 orang subjek yang digunakan sebagai ‘treatment group’ sekaligus ‘control group’. Data diambil dengan memberikan satu kali pre-test dan satu kali post-test. Sementara itu, treatment diberikan sebanyak 8 kali. Selanjutnya, data diolah dengan menggunakan formula t-test. B. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Bahasa Inggris: Konsep dan Kompetensi yang Harus Dicapai Menurut Brown , ketika mempelajari bahasa Inggris, pembelajar dapat dikategorikan pada level beginning (pemula), intermediate (menengah), atau advanced (ahli). Secara singkat, kompetensi yang harus dicapai pada tingkat beginning untuk listening dan speaking skill adalah fungsi-fungsi komunikasi yang otentik dan bermakna. Fungsi-fungsi ini lebih dibatasi oleh grammar, vocabulary, dan length of utterance ketimbang fungsi komunikatifnya. Pada reading dan writing skill, materi lebih ditekankan pada teks-teks yang sederhana dan otentik. Teks iklan, formulir, dan resep merupakan materi yang harus dipelajari pada reading, sementara writing melibatkan formulir, daftar, catatan, dan surat singkat. Aspek-aspek grammar yang harus dikuasai meliputi simple verb, personal pronoun, definite and indefinite articles, singular and plural nouns, dan simple sentence. Pada level intermediate, kompetensi yang ingin dicapai pada listening-speaking skill adalah menghasilkan ucapan-ucapan yang baru, pembelajar dapat berpartisipasi pada percakapan pendek, bertanya dan menjawab pertanyaan, menemukan alternatif cara menyampaikan makna, dan menyerap informasi dari yang lain. Pada aspek reading dan writing, kompetensi yang harus dicapai semakin kompleks, yaitu dalam hal panjang teks, grammar, dan discourse. Pembelajar harus membaca paragraf, cerita pendek, dan mulai mengaplikasikan skimming dan scanning. Materi writing pun semakin kompleks. Untuk grammar, komponen yang harus dikuasai adalah progressive verb tenses dan clauses. Selanjutnya, pada level advanced, kompetensi listening dan speaking skill yang harus dicapai adalah pembelajar dapat fokus pada nuansa sosiolinguistik bahasa: register, style, interlocutor status, konteks percakapan, nominasi topik dan tujuan, dan perubahan topik. Pada aspek reading dan writing, keterampilan yang harus dikuasai semakin mendekati kompetensi ‘native speaker’, semisal critical reading, peran skema dalam menginterpretasi teks tertulis, dan menulis dokumen yang terkait dengan profesi seseorang (laporan lab, data-data hasil penelitian, dan sebagainya). Pada aspek grammar, yang ditekankan adalah bentuk-bentuk fungsional, fenomena sosiolinguistik dan pragmatis, serta kompetensi strategis. 2. Tes : Pengertian dan Jenis-jenisnya Cronbach dalam Mehrens dan Lehmann mendefinisikan tes sebagai suatu prosedur sistematis untuk mengetahui kemampuan seseorang dan menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem kategori. Ada berbagai macam jenis tes, tiap tes memiliki tujuan khusus dan kriteria tertentu meliputi Proficiency Test (Tes Kecakapan), Diagnostic Test (Tes Diagnostik), Placement Test (Tes Penempatan), Achievement Test (Tes Prestasi), dan Aptitude Test (Tes Bakat/Ketangkasan). Pada masing-masing jenis tes, ada berbagai teknik dan prosedur yang berbeda. Rentangan teknik dan prosedur ini meliputi penyekoran objektif sampai subjektif, pilihan jawaban terbuka sampai terstruktur atau tertutup, format desain butir pilihan ganda sampai isian singkat, dan kemampuan tertulis sampai lisan. Tes masing-masing kemampuan dapat difokuskan pada rangkaian kesatuan unit linguistik, dari yang kecil sampai ke yang lebih besar: fonologi dan ortografi, kata, kalimat, dan diskurkus (wacana). Dalam menginterpretasi tes, sangatlah penting untuk mencatat mana unit linguistik yang sedang diteskan. Tes kemampuan lisan dapat berupa tes kelancaran percakapan atau pelafalan serangkaian fonologi tertentu, dan dapat juga berupa bentuk imitasi atau peniruan, respons terstruktur, atau respons bebas. Demikian pula, tes pemahaman listening (menyimak) dapat dikonsentrasikan pada aspek bahasa tertentu atau pada menyimak keseluruhan makna umum. Tes reading dapat mencakup serangkaian unit bahasa dan dapat ditujukan untuk menguji kemampuan memahami teks panjang atau pendek, kalimat tunggal, atau bahkan frasa dan kata. Tes writing dapat berupa tes bentuk terbuka dengan cakupan karangan bebas, ataupun terstruktur untuk menguji dari mulai ejaan yang benar sampai dengan kompetensi tingkat diskurkus. 3. Konsep Tes TOEFL (Test of English as a Foreign Language) Test of English as a Foreign Language disingkat TOEFL adalah tes bahasa Inggris yang dirancang untuk mengukur penguasaan bahasa Inggris bagi mereka yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris. Tes kemampuan berbahasa Inggris (logat Amerika) ini diperlukan untuk mendaftar masuk ke sekitar 2400 perguruan tinggi di Amerika Serikat, Kanada, dan 80 negara lain di dunia. Tes TOEFL ini pertama kali dikembangkan dan diselenggarakan oleh ETS (Educational Testing Service), sebuah lembaga nirlaba yang berkedudukan di Amerika Serikat untuk semua peserta tes di seluruh dunia. Tes ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1964. Terdapat dua jenis tes TOEFL, yaitu 1) Paper and Pencil Based TOEFL; dan 2) Computer Based TOEFL. Jenis tes TOEFL yang pertama adalah tes TOEFL yang selama ini dikenal, di mana jawaban dikerjakan dengan menggunakan kertas dan pensil. Sedangkan yang kedua merupakan model tes yang relatif baru karena baru pertama kali diperkenalkan pada tahun 1998. Tes ini menggunakan komputer dalam penyampaian soalnya dan peserta tes akan menjawab tes ini juga melalui komputer. Untuk keperluan pra-seleksi ataupun keperluan intern suatu lembaga, maka ETS selaku lembaga pengembang dan penyelenggara tes TOEFL juga menyelenggarakan TOEFL ITP(ITP = Institutional Testing Programme). Jumlah soal dan tingkat kesulitan TOEFL ITP tidak berbeda dengan Paper and Pencil Based TOEFL maupun Computer Based TOEFL, karena soal-soal yang digunakan pada TOEFL ITP adalah soal tes TOEFL yang pernah digunakan sebelumnya. Hanya saja, skor TOEFL ITP penggunaannya terbatas. Perguruan tinggi di Amerika misalnya, hanya akan menerima skor yang diperoleh dari Paper and Pencil Based TOEFL atau Computer Based TOEFL. Selain TOEFL ITP, juga ada TOEFL Prediction/Equivalent Test yang biasanya digunakan untuk memperkirakan skor TOEFL seseorang sebelum yang bersangkutan mengikuti tes TOEFL lainnya (Paper and Pencil Based TOEFL, Computer Based TOEFL, TOEFL ITP). Jenis tes TOEFL Prediction ini umumnya diselenggarakan oleh lembaga/pusat bahasa atau tempat-tempat yang menyelenggarakan pelatihan TOEFL. Sistem penilaian atau skor yang digunakan untuk Paper and Based TOEFL, TOEFL ITP, TOEFL Prediction Test dan Computer Based TOEFL memang berbeda. Rentang skor yang digunakan oleh Paper and Pencil Based TOEFL, TOEFL ITP, dan TOEFL Prediction Test adalah 310-677, sedangkan rentang skor Computer Based TOEFL adalah 0-300. Tingkat kesulitan soal untuk keseluruhan jenis tes adalah sama, sehingga dapat dikatakan mereka yang memperoleh skor 677 pada Paper and Pencil Based TOEFL diperkirakan akan memperoleh skor 300 pada Computer Based TOEFL, dan sebaliknya jika seorang peserta tes memperoleh skor 213 dalam Computer Based TOEFL maka skor yang bersangkutan pada Paper and Pencil Based TOEFL adalah 550. 4. Mind Map: Teknik Pembuatan, Aturan, dan Aplikasinya Berbicara tentang teknik, setiap proses pembelajaran membutuhkan teknik yang tepat sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam mengerjakan tes TOEFL, kompetensi yang harus dimiliki adalah kompetensi bahasa Inggris secara global atau menyeluruh. Teknik yang dibutuhkan tentunya teknik yang dapat mengintegrasikan kemampuan pikiran untuk memecahkan berbagai masalah dalam pertanyaan tes TOEFL. Oleh karena itu, pada penelitian ini, alternatif teknik yang ditawarkan adalah teknik Mind Map. Apakah teknik Mind Map itu? Tony Buzan mengemukakan satu definisi tentang Mind Map: “A Mind Map is powerful graphic technique which provides a universal key to unlock the potential of the brain. It harnesses the full range of cortical skill-word, image, number, logic, rhythm, colour, and spatial awareness-in a single, uniquely powerful manner. In so doing, it gives you a freedom to roam the infinite expanses of your brain.” Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa Mind Map adalah cara mengembangkan pikiran ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Mind Map mengembangkan cara pikir divergen, berpikir kreatif. Mind Map adalah alat berpikir organisasional yang efektif dan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan. 5. Aplikasi Teknik Mind Map pada Pengerjaan Tes TOEFL Secara keseluruhan, ada 43 jurus atau langkah yang diadaptasi dari teknik Mind Map untuk mengerjakan tes TOEFL. Langkah-langkah tersebut dipilah-pilah sesuai dengan bagian atau sesi yang biasanya harus dikerjakan pada tes TOEFL, meliputi Listening Comprehension, Structure and Written Expression, dan Reading Comprehension. Berdasarkan langkah-langkah yang sudah ditetapkan tersebut, subjek akan diminta membuat Mind Map sendiri karena teknik ini akan sangat efektif apabila pengguna membuatnya sendiri sesuai dengan kreativitas masing-masing, meskipun langkah-langkahnya sudah ditetapkan sebelumnya. Mind Map yang pertama kali harus dibuat adalah langkah-langkah umum mengerjakan tes TOEFL, selanjutnya diikuti dengan langkah-langkah untuk masing-masing sesi. Langkah-langkah pada sesi Listening Comprehension meliputi percakapan pendek yang terdiri dari temukan pengulangan, mencari lawan pernyataan, memperhatikan saran, tentukan lawan pasif dan aktif, perhatikan who dan where, dan perhatikan pernyataan persetujuan. Selanjutnya percakapan panjang yang terdiri dari antisipasi pertanyaan, perhatikan topik, dan perhatikan urutan percakapan. Yang terakhir adalah cerita panjang yang terdiri dari antisipasi pertanyaan, perhatikan topik, dan perhatikan urutan jalan cerita. Langkah-langkah pada sesi Reading meliputi cari ide utama, temukan detail yang sudah tertulis, temukan detail yang tidak dituliskan, ungkap pernyataan tersirat, cari padanan kata dengan menganalisis kalimat, dan temukan letak kata kunci atau ide. Langkah-langkah pada sesi Structure and Written Expression meliputi cari subjek dan kata kerja, perhatikan object of preposition, perhatikan present participle, perhatikan past participle, tentukan coordinate connectors, cari kata penghubung, kenali noun clause sebagai penghubung, kenali noun clause sebagai subjek, kenali adjective clause sebagai penghubung, kenali adjective clause sebagai subjek, perhatikan pernyataan sebagai prepositional phrases, perhatikan ekspresi jumlah, kenali kata yang bersifat singular, pahami struktur paralel dengan kata penghubung, pahami struktur paralel dengan sepasang kata penghubung, kenali past participle setelah kata have, kenali past participle dan present participle setelah kata Be, kata kerja 1 setelah Modals, perhatikan kata benda singular atau plural, perhatikan kata benda, tentukan kata ganti subjek dan objek, kenali possessive, referensi kata ganti, kata sifat dan kata keterangan, dan kata sifat setelah kata penghubung dari kata kerja. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Skor TOEFL Subjek Berdasarkan Hasil Pre-test dengan Tes TOEFL-Prediction Pre-test dilaksanakan sebelum pemberian treatment berupa implementasi teknik Mind Map kepada subjek. Pre-test dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2011. Berdasarkan hasil tes dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek memperoleh skor di bawah kriteria minimum skor TOEFL mahasiswa PBI untuk dapat mengikuti munaqosyah, yaitu 450. Hanya 1 (3,226%) mahasiswa yang memperoleh skor di atas kriteria minimum, yaitu 473. Selebihnya, dari 31 mahasiswa peserta pre-test, sebanyak 30 (94,776%) mahasiswa memperoleh memperoleh skor di bawah kriteria skor minimum. Rerata skor pre-test adalah 340,516. Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun subjek adalah mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), mereka ternyata masih mengalami kesulitan untuk memperoleh skor TOEFL-Prediction yang tinggi. b. Skor TOEFL Subjek Berdasarkan Hasil Post-test dengan Tes TOEFL-Prediction Setelah sebanyak 8 (delapan) kali treatment diberikan kepada subjek, maka post-test dilaksanakan untuk mengetahui skor TOEFL mereka setelah mendapat treatment. Berdasarkan skor tes dapat dilihat bahwa 4 orang subjek (12,903%) memperoleh skor di atas kriteria minimum 450. Sementara itu, sebanyak 27 orang subjek (87,097%) memperoleh skor di bawah kriteria minimum. Rerata skor post-test adalah 417,774, meningkat dari rerata skor pre-test yang sebesar 340,516. Meskipun demikian, sebagian besar subjek mengalami peningkatan skor yang cukup signifikan. c. Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test Subjek Skor subjek pada pre-test dibandingkan dengan skor pada post-test dengan maksud untuk melihat peningkatan atau penurunan skor yang dicapai subjek.Berdasarkan distribusi skor dapat dilihat bahwa sebanyak 30 orang subjek (94,776%) mengalami peningkatan skor; hanya 1 orang subjek (3,226%) yang mengalami penurunan skor. Rerata peningkatan skor adalah 78,667. d. Hasil Kuesioner Subjek tentang Kesulitan-kesulitan dalam Mengerjakan Tes TOEFL dan Persepsi Subjek terhadap Teknik Mind Map Dari hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa subjek mengalami kesulitan karena harus menyesuaikan antara waktu yang diberikan dengan jumlah butir soal yang cukup banyak agar tes dapat terselesaikan dengan baik. Secara lebih spesifik, subjek menilai bahwa pembacaan teks dan percakapan pada Listening session terlalu cepat, grammar dan vocabulary pada semua session cukup sulit, dan content pada teks reading cukup sulit. Selain itu, alternatif option jawaban yang sangat serupa seringkali membuat subjek ragu-ragu dalam memilih jawaban. Sementara itu, hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa subjek memiliki respon yang positif terhadap implementasi teknik Mind Map untuk meningkatkan kemampuan mengerjakan tes TOEFL. Dengan demikian, dapat dikatakan mereka memiliki persepsi yang cukup baik tentang teknik ini. Menurut subjek, teknik ini mempermudah mereka memetakan butir-butir soal sesuai dengan karakteristiknya sehingga mereka pun dapat menerapkan strategi apa yang dapat digunakan untuk menjawab suatu butir soal. Teknik ini membuat proses mengerjakan tes TOEFL menjadi lebih sistematis dan menyenangkan. Selanjutnya, berdasarkan skor yang sudah diperoleh pada pre-test dan post-test, maka dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kemampuan subjek sebelum dan setelah implementasi teknik Mind Map terhadap mereka. Data diolah dengan menggunakan software SPSS for Windows 16.0. Dari hasil output diperoleh indeks t sebesar-11.621 atau t absolut 11,621. Indeks ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritis t pada tabel pada taraf signifikansi 5%. Derajat bebas (df) untuk 31 orang subjek adalah 30, maka diperolehlah indeks ttabel sebesar 2,042. Ini berarti thitung lebih besar daripada ttabel, karenanya hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implementasi teknik Mind Map dapat meningkatkan kemampuan subjek untuk mengerjakan tes TOEFL sehingga skor TOEFL mereka pun dapat meningkat. D. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa teknik Mind Map dapat meningkatkan kemampuan subjek untuk mengerjakan tes TOEFL sehingga skor mereka pun dapat meningkat karena indeks thitung sebesar -11,621 atau t absolut 11,621 lebih tinggi dibandingkan indeks ttabel pada df 30 dan taraf signifikansi 5% yang sebesar 2,042. Sementara itu, kesulitan-kesulitan yang dihadapi subjek meliputi kesulitan dalam menyesuaikan durasi waktu tes yang relatif terbatas, pronunciation pada Listening session, grammar dan vocabulary, serta sulitnya content pada teks reading. Subjek juga memiliki persepsi yang positif terhadap implementasi teknik ini untuk mengerjakan tes TOEFL. Menurut subjek, teknik Mind Map dapat membantu mereka mengerjakan tes TOEFL secara terarah, sistematis, dan menyenangkan. REFERENSI ............., Tes TOEFL, http://www.iief.or .id/ (Dikutip pada tanggal 10 Mei 2011) ............., Tes TOEFL, http://id.wikipedia.org (Dikutip tanggal 10 Mei 2011) Anggiearanidipta Suma, Jurus-jurus Menjawab Tes TOEFL, www.carajawab.com (Dikutip pada tanggal 14 Mei 2011). Anthony, Edward, 1989, English Language Teaching: Approach, Method, and Technique, Cambridge: Cambridge University Press. Brown, Douglas H., 2001, Teaching by Principles: an Interactive Approach to Language Pedagogy, New York: Addison Wesley Longman Inc. Burhan Nurgiyantoro dkk, 2004, Statistik Terapan untuk Penelitian-penelitian Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Buzan, Tony, 1993, The Mind Map Book, Florida: Buzan Centres Ltd. Buzan, Tony, 2010, Buku Pintar Mind Map (edisi terjemahan), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kachru, Braj, 1992, World Englishes: Approaches, Issues, and Resources, Newburry Park: Sage Publications. Mehrens, William A. & Lehmann, Irvin J. , 1993, Measurement and Evaluation in Education and Psychology, New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Seliger, Herbert W. & Shohamy, Elana, 2003, Second Language Research Methods, Oxford: Oxford University Press. Sharpe, Pamela J., 2002, How to Prepare for the TOEFL Test, Ohio: The Ohio State University Press.

1 komentar: